13 September 2005

Kisah Remaja Luar Biasa (1)

Riana Helmi


Berada di tengah-tengah mahasiswa baru UGM, Yogyakarta, sosok Riana Helmi (14) tampak begitu imut. Ketika jadi kejaran wartawan karena tercatat sebagai mahasiswa termuda dalam sejarah UGM, ia tampak kikuk. "Enggak nyangka, kok, bisa heboh seperti ini, sih," ujarnya polos, saat ditemui di sela-sela mengikuti OPSPEK. Riana tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Firasat menjadi mahasiswa termuda sudah dirasakan gadis asal Sukabumi, Jawa barat, ini sejak awal. Sebab, ketika melirik di buku registrasi penerimaan mahasiswa, tak satu pun mahasiswa yang lahir tahun 1991 seperti dirinya. Dugaannya benar. Saat upacara penerimaan mahasiswa baru, dalam sambutannya rektor UGM Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA mengumumkan secara resmi bahwa dirinya dinyatakan sebagai mahasiswa termuda yang pernah dimiliki oleh UGM.

"Tapi, saya malu banget lo. Soalnya teman-teman langsung pada ngeliat sambil ngeledek," ujar gadis cantik berkulit kuning langsat tersebut dengan wajah tersipu malu. "Pengalaman selama ini, enak, lo, jadi siswa termuda. Sebab, teman-teman memperlakukan tidak sebagai teman, tapi adik. Mereka semua, menyayangi saya."

Riana mengaku malah aneh bila bergaul dengan teman sebaya. Pasalnya, rata-rata teman seusianya masih SMP. "Kalau saya bergaul dengan mereka, setiap percakapan terasa tidak nyambung, sebab jenjang pendidikannya agak jauh berbeda. Karena itu, mau tak mau, saya harus bergaul dengan orang yang lebih tua," ungkap sulung tiga bersaudara ini.

Diakui Riana, berkat prestasinya semasa SMP dan SMA, praktis kegiatan sosialnya relatif sedikit. Padatnya kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah, membuatnya tak leluasa bermain seperti teman-temannya yang lain. "Setiap hari selalu padat dengan tugas-tugas, jadi waktu untuk bermain itu rasanya kurang. Hanya sesekali saya bisa nonton bioskop bersama teman-teman," kisah Riana.

Karena sudah terbiasa jadi siswa termuda, penggemar Harry Potter ini juga mengaku sudah siap jadi mahasiswa. Ia pun sudah hidup mandiri dan tinggal di tempat kos. Sambil bercanda ia mengatakan, "Enggak tahu ya, nanti kalau sudah ditinggal Mama pulang ke Sukabumi, saya nangis apa enggak."

SELALU RANKING ATAS

  • Prestasi yang digapai Riana, tentu saja membanggakan orang tuanya. "Sebagai orang tua tentu bangga ya. Mudah-mudahan prestasi Riana kelak bisa semakin bagus," ujar Rofiah (36) saat ditemui di tempat kos Riana di kawasan Sendowo, tak jauh dari kampus UGM.

Rofiah mengisahkan, Riana lahir di Aceh pada 22 Maret 1991. Saat itu, ia mengikuti tugas suaminya yang menjadi anggota polisi. Sejak balita, Riana sudah menunjukkan kecerdasannya. Ketika belum sekolah, Riana sudah belajar mengenal huruf. Bahkan, usia tiga tahun setelah keluarga ini pindah ke Karawang, Jawa Barat, Riana sudah merengek minta sekolah. "Persoalannya rumah saya di kampung belum ada TK, yang ada hanya SD. Kalau mau ke TK, jaraknya terlalu jauh."

Demi menyenangkan putrinya, lanjut Roifah, ia mendaftarkan Riana ke SD. Semula gurunya menolak, sebab khawatir Riana tak mampu mengikuti pelajaran. "Saya bilang pada gurunya, Riana cukup dijadikan anak bawang saja, tak usah didaftar secara resmi. Yang penting dia boleh masuk sekolah," papar Rofiah yang suaminya AKP Helmi SH, sekarang mengajar di Secapa Polri di Sukabumi.

Ternyata, di catur wulan pertama, prestasi Riana sangat baik. Bahkan, ia ranking kedua. "Karena dia mampu, akhirnya didaftar jadi siswa resmi," tambah Rofiah seraya mengatakan, enam bulan kemudian, mereka harus pindah ke Sukabumi mengikuti tugas suami.

Persoalan kembali muncul. SD setempat keberatan menerima Riana karena usianya belum genap empat tahun. SD tersebut khawatir, Riana akan tertinggal pelajaran. "Tapi, setelah di tes, Riana sudah bisa membaca dengan lancar. Gurunya coba menerima, meski sebagai anak bawang."

Riana memang murid cerdas. Kelas satu ia memang "hanya" menduduki ranking dua. Namun, sejak kelas 2 hingga lulus SD, ia selalu juara kelas. Ia masuk SMP 1, Sukabumi. Karena prestasinya, ia diikutkan program akselerasi. Hanya butuh dua tahun bagi Riana untuk menamatkan SMP-nya. Lagi-lagi, ia dapat ranking.

"Pada penerimaan rapor pertama, dia ranking kedua, dan ranking ketiga untuk semester berikutnya. Menjelang lulus, Riana kembali menduduki ranking teratas," ujar Rofiah dengan bangga.

Ketika masuk SMA 3 Sukabumi, Riana kembali masuk program akselerasi. "Tak hanya lulus dalam waktu dua tahun, prestasi Riana juga membanggakan. Nilai Riana juga terbaik di sekolahnya. Karena prstasinya, Riana didaftar ikut program Penelusuran Bakat Skolastik (PSB) yang diadakan oleh Universitas Gajah Mada."

Salah satu syarat program tersebut, selain lulus tes tulis maupun wawancara, siswa yang bersangkutan harus berprestasi semasa di SMA. "Ahamdulillah, ternyata Riana berhasil juga diterima di UGM," ujar Rofiah dengan raut wajah bahagia.

Di luar prestasinya, Rofiah mengaku kasihan dengan anaknya karena kurang bergaul dengan teman sebaya. Selain belajar, kegiatan sehari-hari Riana adalah membaca buku, bermain komputer, dan internet. "Dia paling suka baca buku-buku fiksi," cetusnya.

Roifah menambahkan, Riana memang bercita-cita jadi dokter. Makanya ia mendaftar di Fakultas Kedokteran. "Makanya begitu diterima di UGM, kesempatan itu tak dilewatkan.(Tabloid Nova)

PPL IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Jika ditanya apa yang kau suka dari kehadiran mereka? Mereka punya jawabannya : semangat yang tinggi dengan keingintahuan yang tipikal mahas...